Beberapa minggu telah berlalu, yah setidaknya yang terkasih saat ini kebanyakan menghabiskan waktu di rumah saki, baik itu saat rawat inap maupun rawat jalan. Waktu ku seakan ter fokus padanya. Gagal ginjal yang dideritanya memberikan cerita tersendiri dalam kehidupan kami. Senin, selasa, rabu, kamis dan jumat. Yah, kami menjalankan aktifitas kami di rumah sakit yang selalu ramai oleh pengunjung. Setiap hari kami ber interaksi dengan banyak pasien khusus nya pasien penderita gagal ginjal yang harus menjalankan Hemodialisis yang masyarakat umum mengenalnya dengan istilah cuci darah.
Pada awal mendengar kabar bahwa yang terkasih mengalami gagal ginjal, kronik dan kondisi ginjalnya tinggal 15%, dalam hati aku berdoa, semoga ini hanya mimpi buruk dan aku bisa segera terbangun dengan menyaksikan senyum suami yang menyambut pagi ku dengan indah. Aku menunggu dan terus menunggu, dan ternyata itu tidak terjadi. Ini bukan lah mimpi, melainkan sebuah kenyataan, kenyataan bahwa orang yang terkasih sekarang mengalami sakit yang parah. Diperjalanan pulang yang diantar oleh supir taxi, aku memalingkan wajah melihat ke jendela. Bukan maksud untuk menyaksikan pemandangan diluar sana melainkan untuk menyembunyikan kesedihan yang terpancar dari raut muka serta air mata yang tak terbendung. Dia menggenggam erat tanganku sambil menghibur diriku yang sedang lara. Semakin dia menghibur ku, semakin aku merasa sedih. "Tuhan cobaan apa ini?" Kataku dalam hati.
Tiba-tiba tersadar bahwa Tuhan telah memilih ujian ini untuk kami, berarti kami mampu untuk menjalankan nya. Tiba-tiba teringat dengan surah
Al-Baqarah:286 yang berbunyi " Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya". Dalam hati aku mengulang kata-kata ikhlas. Saya percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kami.
Ini merupakan ujian pertama pernikahan kami. Tuhan memberikan kami reski yang banyak serta menyadarkan kami akan nikmat-nikmat yang telah diberikannya kepada kami. Banyak sumbangsih dari keluarga besar serta dari teman-teman kami. Kami ditunjukkan keluarga dan kawan yang terbaik yang selalu menghibur kami. Itu merupakan nikmat yang terus kami syukuri.
Tak ada lagi kata yang bisa aku ungkapkan dalam tulisan ini kecuali kata :
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Semoga kami diberi kekuatan untuk bersabar dan semoga dengan ujian ini dijadikan Tuhan sebagai jalan kami untuk mendapatkan kenikmatan iman dan kelak kami memperoleh jannah nya. Aamiin.
Komentar