Langsung ke konten utama

Sang Angin

Udara malam ini agak berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Aku memandang kiri kanan, hanya ada pepohonan yang menari mengikuti alunan sapaan angin. Anginpun berhembus kearahku menerbangkan helaian rambut yang sengaja aku urai, seolah tidak ingin membuat siapapun cemburu dengan sapaannya. hembusan lembutnya begitu dingin merasuk hingga kekalbu.

Aku terdiam sejenak sambil memejamkan mata, berusaha mengulang rekaman memori yang beberapa menit berlalu. Aku ingat ketika engkau datang menyapa disela-sela keramaian, disaat aku menikmati kesendirian dalam lamunan. Engkau datang menyapa dengan senyuman hangat kemudian menawariku dengan makanan yang engkau anggap sebagai hasil buatanmu. Aku melihat bahagia dan bangga tergambar diwajahmu. Aku pun menerima pemberian mu itu dengan senyuman tanda terimakasih agar aku tidak menyisahkan rasa kecewa dihatimu. Engkau telah mengusik ketenanganku dan pergi begitu saja. Engkau hanya angin yang berlalu dan entah kapan akan kembali lagi.

Hari ini begitu melelahkan. Aku ingin menutup mata dan berharap ketika aku membuka mata, engaku akan kembali lagi dihariku, wahai SANG ANGIN.


Bersambung,........
(Mencoba membuat NOVEL)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangan ini terasa begitu kaku untuk menulis. wajar saja, sudah berapa lama ia tak menari memainkan keyboard  yang menjadi teman setia dalam mengabadikan setiap kisah yang yang telah mewarnai hidup ini. Baiklah, mari kita memutar memori ke beberapa bulan yang lalu. Ada sebuah cerita yang sangat ingin aku ceritakan namun, berbagai macam hambatan dan barulah saat ini aku bisa menceritakannya. kisah yang rasanya aduhai. Sebuah pengalaman yang semoga itu yang pertama dan terakhir. KISAH PUN DIMULAI,.... Hidup ini memang aneh. Pasti banyak orang  yang tidak ragu mengatakan sepakat. cerita yang ingin saya ceritakan adalah masalah pernikahan ku yang berlansung pada bulan April lalu. Cinta yang datang menghampiri disaat aku berusaha bersembunyi dari cinta. Saat itu aku tersadarkan bahwa aku telah memilih cinta yang salah. Aku terbawa oleh lingkungan dimana semua orang menganggap itu adalah kewajaran. Namun, sebuh cahaya telah menunjukan jalan yang benar kepadaku, mungkin itu yang dis

Isak Tangis Raina

Ketika jemari kini kembali kaku, ketika ide kian membeku , hamparan pasir putih beterbangan entah kemana arahnya . Angin sepoi-sepoi menerbangkan pesan alunan syair membawanya sampai kelamunan. Gemercik ombak, kicauan burung dan terjangan pasir putih yang ditiup lembut oleh sang angin t iba-tiba menghentikan lamunan. Su n gguh pemandangan yang mengejutkan, seekor burung tiba-tiba terjatuh. Alangkah malangnya nasib burung cantik itu. Ketika asyik beterbangan dengan kawan-kawannya tanpa sengaja menabrak tiang listrik yang menjulang tinggi mencakar langit. Wahai ka u sang burung, alangkah malangnya dirimu. Izinkan aku untuk mengobati lukamu dan merawatmu hingga kamu siap kembali diperaduan langit dengan teman, saudara dan keluargamu. Sadarkan engkau wahai burung, alangkah irinya diriku melihatmu beterbangan kesana kemari, beterbangan kearah mana yang hendak kamu mau, menjelajahi jagad raya yang begitu memesona.             Sang gadis manis periang, h idupnya betul-betul bahagia