Langsung ke konten utama

...


            Disudut ruang kosan yang sempit aku menyendiri. Ruang kamar yang terasa begitu gerah ditambah lagi dengan tumpukan kertas yang berserakan diatas lantai yang dibalut dengan tikar orange. Aku menyandarkan badan yang terasa begitu lelah sambil memperhatikan layar laptop.
            Kucoba memejamkan mata, berusaha mengerti dengan apa yang terjadi dengan diriku. Perasaan apa yang menyelimuti hatiku sehingga membuatnya seketika kelam tanpa sedikit rasa bahagia. Apa ini rasa kecewa? Kecewa Karena apa?
            Aku  menikmati teguk demi teguk minuman dingin yang aku minum. Suara hening, hanya terdengar bunyi baling-baling kipas yang terus berputar lambat. Suara tetangga kamar hanya terdengar sekali-kali kemudian kembali hening.
            Aku menghentikan tulisanku seketika sambil melihat keatas. Kulihat sinar lampu yang menyala terang, kemudian aku memejamkan mataku untuk beberapa detik. Beberapa minggu ini aku merasa begitu lelah. Lelah mengerjakan dan memikirkan sesuatu. Yang membuatku bersedih karena aku tidak berhasil meraih ambisiku. Orang-orang kepercayaan dan yang aku anggap bisa membantu kini telah pergi dan berpaling satu persatu. Hal tersebut membuatku merasa sendiri dan bersedih.
            Begitu lemahnya diriku yang membiarkan harapan yang ada di genggamanku terlepas begitu saja. Aku, aku mencoba untuk meraihnya kembali, namun seolah seseorang menarik tubuhku kebelakang hingga aku menjauh dari jangkauan harapan itu. Kupandangi orang disekelilingku, kulihat wajah yang kehilangan harapan sambil menunduk dan tak berani untuk menatap wajahku yang begitu bersedih. Bersedih kehilangan harapan dan bersedih akan tingkah mereka yang membiarkanku kehilangan harapan.
            Aku merasa ingin tertawa sekeras-kerasnya untuk menyembunyikan kesedihan hatiku yang sangat dalam. Dengan begitu, orang-orang disekelilingku akan menganggap aku sedang bahagia.

Komentar

ODE mengatakan…
ternyata bisa juga GALAU di'...

Postingan populer dari blog ini

Special Name, "Aynur"

Aku yakin bahwa Tuhan tidak pernah salah. Telah aku pasrahkan pilihan itu kepada-Nya untuk memilih kan teman hidup terbaik  untuk mengarungi bahtera kehidupan ini. Yah, ternyata pilihan itu jatuh kepadanya,  seseorang yang tidak pernah aku sangka sebelumnya. Hati orang tua begitu cepat terluluhkan untuk memberi izin kepadanya untuk meminang ku. Ini bukan hanya kebetulan,  terdapat banyak kemiripan diantara kami. Pernah aku keluhkan pandangan orang lain tentang kami.  Banyak orang yang mengatakan bahwa kami terlihat mirip, bahkan aku menemukan sebuah tanda dalam dirinya yang juga aku miliki.  Aku sempat menanyakan masalah ini waktu kami masih dipelaminan, sebuah topik yang mengawali perbincangan kami waktu itu. Tanpa harus menunggu lama dia menjawab, sepertinya jiwa kita memang sudah bersama sebelum kita terlahirkan ke dunia ini. Kita dipisahkan dengan tanda ini dan dipersatukan kembali dengan tanda ini. Owh, sebuah jawaban yang membuatku kehilangan kata untuk me...

Perjalanan Part 2

Sungguh,  ujian itu tak mengenal batasan  waktu dan umur. Entah, apakah itu karena ujian atau karena karma atau hukuman. Beberapa bulan mendampingi suami di rumah sakit untuk melakukan Hemodialisis bukan lagi karakter orang yang menjadi fokus perhatian seperti pada kondisi interaksi sosial secara umum, melainkan karakter yang berhubungan dengan penyakit yang menjadi pelengkap penderitaan. KEMARIN , tepatnya pada hari senin, 19 Desember  2016, saat suami menjalani perawatan rutin untuk melakukan Hemodialisis yang dilakukan selama 4 jam, sebuah peristiwa yang sempat mengguncang jiwa kami. Pasien yang kebetulan berada pas disamping tempat tidur suami meninggal dunia. Kami menyaksikan saat-saat sakaratul maut. Ketika layar monitor menunjukan penurunan kondisi pasien menunjukkan angka sekitar 63/37, yang mendampingi pasien lansung memanggil perawat yang selalu setia memberikan pelayanan terbaik untuk pasien lansung mengambil tindakan. Dokter yang bertugas juga tidak kalah c...

Never give up

Penat rasanya,  seharian menatap layar Leptop sambil membaca banyak jurnal dan beberapa hasil penelitian dalam bentuk non jurnal.  Kemarin bertemu dengan pembimbing harapannya sudah bisa di go kan untuk memulai penelitian.  Tapi nyatanya masih jauh dari harapan.  Proposal yang saya ajukan masih harus diperbaiki. Saya mendapatkan kesalahan fatal, untungnya pembimbing kedua menyadari hal itu. Aku menyimak dengan  baik penjelasan demi penjelasan yang disampaikan. Masalah yang muncul yaitu semakin lama mendengar arahannya,  semakin lemas badan ini. OMG,  lemasnya bukan karena kelaparan,  tapi banyak sekali yang dikoreksi. Saya harus membaca lebih banyak dan lebih banyak lagi.  Yah Tuhan, mataku tidak sanggup. Masalah semakin menumpuk,  ditambah lagi saya harus secepatnya memulai penelitian.  Saya hampir ketinggalan bulan gelap.  Sebagai catatan,  saya harus melakukan pengambilan data dibulan gelap yang tinggal beberapa hari ...