Disudut ruang kosan yang sempit aku menyendiri. Ruang
kamar yang terasa begitu gerah ditambah lagi dengan tumpukan kertas yang
berserakan diatas lantai yang dibalut dengan tikar orange. Aku menyandarkan
badan yang terasa begitu lelah sambil memperhatikan layar laptop.
Kucoba memejamkan mata, berusaha mengerti dengan apa yang
terjadi dengan diriku. Perasaan apa yang menyelimuti hatiku sehingga membuatnya
seketika kelam tanpa sedikit rasa bahagia. Apa ini rasa kecewa? Kecewa Karena
apa?
Aku menikmati
teguk demi teguk minuman dingin yang aku minum. Suara hening, hanya terdengar
bunyi baling-baling kipas yang terus berputar lambat. Suara tetangga kamar
hanya terdengar sekali-kali kemudian kembali hening.
Aku menghentikan tulisanku seketika sambil melihat
keatas. Kulihat sinar lampu yang menyala terang, kemudian aku memejamkan mataku
untuk beberapa detik. Beberapa minggu ini aku merasa begitu lelah. Lelah
mengerjakan dan memikirkan sesuatu. Yang membuatku bersedih karena aku tidak
berhasil meraih ambisiku. Orang-orang kepercayaan dan yang aku anggap bisa
membantu kini telah pergi dan berpaling satu persatu. Hal tersebut membuatku
merasa sendiri dan bersedih.
Begitu lemahnya diriku yang membiarkan harapan yang ada
di genggamanku terlepas begitu saja. Aku, aku mencoba untuk meraihnya kembali,
namun seolah seseorang menarik tubuhku kebelakang hingga aku menjauh dari
jangkauan harapan itu. Kupandangi orang disekelilingku, kulihat wajah yang
kehilangan harapan sambil menunduk dan tak berani untuk menatap wajahku yang
begitu bersedih. Bersedih kehilangan harapan dan bersedih akan tingkah mereka
yang membiarkanku kehilangan harapan.
Aku merasa ingin tertawa sekeras-kerasnya untuk
menyembunyikan kesedihan hatiku yang sangat dalam. Dengan begitu, orang-orang
disekelilingku akan menganggap aku sedang bahagia.
Komentar